DARI KH. AGUS SUNYOTO
BUAT TIM PEGIAT SOSIAL BUDAYA BEDANTEN PESISIR UTARA GRESIK PANTURA
Dibaca oleh : Aj. Didin Ahmad Zaenudin (Lesbumi PBNU Jakarta)
Pada acara :
WAQIAH RUTIN
MENGUAK MUTIARA TERPENDAM, KAJIAN HOLISTIK KESEJARAHAN BEDANTEN PESISIR UTARA GRESIK
Di Aula Makam Sayyid Khusaini
4 September 2018
Assalamualaikum War. Wab.
Salam Budaya ,salam sejahtera untuk kita semua.
Alhamdulillah, Syukur kehadira Allah yang telah memberikan kesempatan kita sampai hari ini untuk terus menjalankan sebuah amanat besar yakni sebuah kholifah bin amr dan qodrat penciptaannya, (Wama kholaqtul jinna wal insaa illa liyabuduun). Bahwa qodrat manusia diciptakan di bumi ini adalah untuk mengabdikan diri kepadanya.
Sholawat dan salam semoga terus tecurah untuk baginda Nabi Muhammad Saw. Sosok suri tauladan terbaik dalam menjalani kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama.
Hadirin yang berbahagia. Kepulauan nusantara sejak jaman dahulu dikenal sebagai negeri yang subur dengan kehidupan para penghuninya yang makmur. Bentang angin yang indah dan tenang selalu menjadi tempat terbaik untuk bertafakur memuji keagungan penciptanya. Setiap jengkal tanahnya adalah sumber penghidupan tak hayal jika kepulauan nusantara ini selalu menjadi rebutan bangsa-bangsa lain yang kekurangan 350 tahun kekayaan kita dikeruk oleh bangsa eropa. 3,5 tahun bangsa kita ditindas oleh bangsa jepang, dan entah sampai kapan fikiran serta jiwa kita dijajah oleh ekonomi bangsa barat.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai bangsa indonesia untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang kita miliki secara mandiri dan bertanggung jawab mengupayakan potensi masyarakat sebagai tenaga ahli untuk menggali dan mengolah dan menginofasi produk yang bersumber dari tanah air kita sendiri.
Bukankah kita semua sering mendengar ceritera usang para petuah kita terdahulu. Bangsa Nusantara adalah bangsa yang besar yang membentang dari darat hingga lautan dari barat hingga ke timur dari selatan hingga ke utara tanahnya subur air melimpah, tongkat dan batu jadi tanaman.
Masyarakat nusantara adalah masyarakat yang dari semula dikelilingi oleh sumber makanan yang berlimpah karena kekayaan alamnya. Karena ini yang membetuk tradisi saling berbagi, maka tradisi keagamaan yang berkembang di nusantarapun selanjutnya memiliki karakter yang tumbuh dari cara berfikir masyarakat yang demikian.
Dalam bahasa falsafah masyarakat di nusantara tidak dikenal kata miskin karena kata miskin atau melarat berasal dari Arab. Kata sengsara atau dalam bahasa jawa dikenal dengan kata soro justru berasal dari bahasa sangsekerta india. Tradisi saling berbagi yang terbentuk di tengah masyarakat nusantara terus diwariskan hingga hari ini dalam hidup masyarakat kita dari mulai kelahiran sampai kematian selalu disertai dengan tradisi saling berbagi. Dalam masyarakat jawa dikenal istilah suguh dayo tradisi menyambut kedatangan si jabang bayi, perkenalan anak selalu disertai tradisi bancaan, berbagi makanan mulai dari coplok puser, paring asmo, cukul untu, lenggang ayu dan lain-lainnya. Setiap kali mendapat keberuntungan tidak lepas dari tradisi kondangan, makan bersama berbagi rizki dan kebahagiaan bahkan ketika sudah meninggal sekalipun tradisi saling berbagi terus berlangsung. Masyarakat berduyun-duyun nyelawat ke rumah duka sambil membawa makanan untuk selametan 3 hari, 7 hari, 100 hari sampai nyewune. Jika seorang tersebut merupakan orang penting di tengah masyarakat, maka setiap tahun selalu diadakan acara haul seperti yang selalu dilaksanakan di makam SAYYID AL KHUSAINI desa Bedanten ini.
Sayangnya tradisi tersebut hari ini mendapatkan pertentangan dari sebagian kecil golongan dengan menyebutnya sebagai prilaku bidah, takhayul, khurofat dan lain-lain. Mereka yang berpolafikir sempit memandang suatu prilaku dari kacamata luar secara etik didalam mentelaah substansi yang rapat tentang tradisi-tradisi tersebut. Sampai kapanpun mereka tidak akan sampai pada pemahaman bahwa tradisi keagamaan yang berkembang di nusantara adalah pengejahwentahan dari konsepsi islam rohmatan lil alamin yaitu islam yang mencintai keselarasan antara hidup berbangsa dan beragam. Islam yang mencintai keselarasan antara beragama dan berbudaya. Islam yang mempertahankan tali hubungan tradisi dan adat nusantara. Dalam hubungan ini konsepsi tersebut dikenal dengan nama islam nusantara.
Dengan islam nusantara, makam para auliya dan ulama akan tetap ramai diziarahi, para syuhada, leluhur bangsa akan terus mengharap pujian doa tawasul dari para santri. Masyarakat juga tidak akan kehilangan tradisi suguh dayo, bancaan, kondangan dan lain-lain.
Dengan islam nusantara, kita tidak akan kehilangan indahnya batik, jarik dan balngkon untuk sembahyang. Bahkan dengan islam nusantara sholat boleh di langgar, tidak hanya di masjid atau musholla.
Dengan hal ini LESBUMI ( Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia ) dibawah naungan PBNU mengajak kepada masyarakat untuk turut serta berperan dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya nusantara. Baik berupa kesenian, adat, tradisi dan kebudayaan agar tetap selaras dengan hidup beragama dan berbangsa kita.
Kejayaan masa lalu tidak cukup dijadikan sebagai tabuh genderang belaka, apalagi hanya menjadi euforia yang tidak bermakna. Mari bersama-sama membangun generasi bangsa yang beradap dan berdaulat melalui lagu kebudayaan karena dengan berbudaya kita akan menjadi bangsa yang berkarakter dan kuat.
Dan pada ahirnya semoga kita semua diberi keistiqomahan dan mendapat petunjuk menuju jalan yang lurus. Amin amin yarobbal alamin.
Wallhulmuwafiq ila aqwamitthoriq
Tsummassalamualaikum War. Wab.
Jakarta, 3 September 2018
LESBUMI PBNU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar